Tuesday, February 13, 2024

YESUS DIMULIAKAN

Pembacaan terambil dari kitab  Markus 9 : 2 - 13 dengan perikop : Yesus dimuliakan di atas gunung 

Ada 4 hal yang perlu kita renungkan yaitu :

  1. Yesus dimuliakan oleh Allah

Peruahan wajah yesus. Di hadapan Petrus, Yakobus, dan Yohanes, Yesus berubah rupa. Wajah-Nya bersinar dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilauan, melebihi apa yang dapat dicapai oleh manusia mana pun."Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilauan, tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu." (Markus 9:3) perubahan rupa ini adalah manifestasi langsung dari kemuliaan ilahi Yesus. Ini adalah pernyataan visual dari identitas-Nya sebagai Anak Allah. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya seorang nabi atau guru, tetapi benar-benar adalah Allah yang hidup di antara manusia.

Kehadiran Elia dan Musa. Kemuliaan Yesus juga terlihat dalam kehadiran Elia dan Musa, dua tokoh besar dalam sejarah Israel yang mewakili hukum dan para nabi. Mereka berbicara dengan Yesus, menunjukkan bahwa Yesus adalah penggenapan dari hukum dan nubuat. "Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus." (Markus 9:4). Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah pusat dari seluruh rencana keselamatan Allah. Semua yang diajarkan dalam hukum Taurat dan kitab para nabi mencapai puncaknya dalam diri Yesus.

Suara dari Langit. Tuhan Bapa sendiri berbicara dari dalam awan, menegaskan identitas Yesus sebagai Anak yang dikasihi dan memerintahkan para murid untuk mendengarkan-Nya. "Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: 'Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.'" (Markus 9:7). Suara ini mengukuhkan otoritas Yesus dan mengarahkan perhatian para murid (dan kita semua) untuk mengikuti ajaran dan petunjuk-Nya. Pengakuan ini adalah bentuk pemuliaan tertinggi, karena datang langsung dari Allah Bapa.

2. Menyaksikan Kemuliaan Tuhan

Dalam peristiwa di atas gunung, Petrus, Yakobus, dan Yohanes mendapat kehormatan untuk menyaksikan kemuliaan Tuhan secara langsung. Wajah Yesus berubah rupa, dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilauan. Peristiwa ini menunjukkan kemuliaan Yesus sebagai Anak Allah dan menegaskan identitas-Nya sebagai Mesias yang dinantikan.

Dalam kehidupan kita, mungkin kita tidak akan mengalami peristiwa yang spektakuler seperti ini. Namun, kita tetap bisa menyaksikan kemuliaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari melalui kehadiran-Nya dalam doa, firman, dan karya-Nya di sekitar kita. Saat kita melihat tanda-tanda kehadiran Tuhan, hati kita seharusnya dipenuhi dengan kekaguman dan syukur.

3. Mendengarkan Suara Tuhan

Saat awan menaungi mereka, terdengar suara dari dalam awan: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Suara ini menegaskan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang harus kita dengarkan dan ikuti. Mendengarkan suara Tuhan berarti membuka hati dan pikiran kita terhadap firman-Nya dan hidup sesuai dengan ajaran-Nya.

Dalam dunia yang penuh dengan berbagai suara dan gangguan, penting bagi kita untuk mendengarkan suara Tuhan. Ini berarti meluangkan waktu untuk berdoa, membaca Alkitab, dan merenungkan firman Tuhan. Hanya dengan mendengarkan suara-Nya kita dapat hidup dalam kebenaran dan mengalami damai sejahtera yang sejati.

4. Memahami Penderitaan dan Kebangkitan

Yesus berbicara tentang penderitaan dan kebangkitan-Nya kepada para murid. Dia mengingatkan mereka bahwa jalan menuju kemuliaan melibatkan penderitaan dan pengorbanan. Hal ini juga berlaku bagi kita sebagai pengikut Kristus. Kita diundang untuk mengikuti Yesus, yang berarti kita juga akan menghadapi tantangan dan penderitaan dalam hidup kita.

Namun, penderitaan bukanlah akhir dari segalanya. Yesus telah bangkit dari kematian, dan melalui kebangkitan-Nya, kita memiliki harapan akan hidup yang kekal. Dalam penderitaan dan tantangan, kita dapat mengingat bahwa Tuhan bersama kita dan bahwa kita memiliki harapan yang pasti dalam kebangkitan-Nya.

Sunday, February 4, 2024

JANGAN BERJANJI KALAU AKHIRNYA INGKAR

 

Bumi cemar karena penduduknya, sebab mereka melanggar undang-undang, mengubah ketetapan dan mengingkari perjanjian abadi.- Yesaya 24 : 5

Orang Tua kita selalu mengingatkan saat kita sekolah dulu agar tidak berjanji kalau tak bisa menepatinya. Jangan berjanji pada siapa pun kalau akhirnya mengecewakan orang lain. Berjanji itu mudah, tapi menepatinya bagi banyak orang bisa jadi sulit. Hampir setiap hari kita bertemu dengan orang yang dengan cepat memberi janji tetapi kemudian mangkir dengan berbagai alasan. 

Saat ini kita akan melaksanakan Pemilihan Umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, Anggota DPD, DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota. Semua kandidat melakukan  banyak janji kepada masyarakat. Kita sebut saja oknum.Oknum-oknum yang berjanji akan melakukan ini dan itu kalau sudah terpilih. Ketika benar-benar sudah terpilih, janji tinggal janji. Si oknum yang berjanji tadi pura-pura lupa dengan janji manisnya. Ada saja alasan yang terlontar dari mulutnya. Selalu ada saja alasan yang mereka pakai sebagai pembenaran untuk melanggar janjinya. Apakah Anda merasa kesal apabila anda sudah menunggu lama tapi ternyata orang yang anda tunggu itu tidak jadi datang? 

Berjanji dan mengucapkan janji itu jangan sembarangan walaupun di luar sana banyak juga orang yang berjanji tapi tak ditepati sama sekali. Soal ditepati atau tidak itu soal nanti, yang penting janjikan saja dulu. Alasan bisa dicari belakangan. Sakit, kurang enak badan, urusan keluarga, mogok, mungkin menjadi alasan paling favorit bagi banyak orang untuk melanggar janjinya. 

Bagi orang-orang percaya, perilaku ingkar janji tidak berbeda jauh dengan berbohong. Yesus berkata tegas: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matius 5:37). Atau dalam bahasa Inggrisnya: “Let your Yes be simply Yes, and your No be simply No; anything more than that comes from the evil one.” Aturannya jelas. Jika kita sudah mengatakan ya, tepatilah, sebelum si jahat menemukan sebuah lahan bermain yang menyenangkan dalam diri kita dan kemudian membuat kita terus bertumbuh menjadi pembohong-pembohong kelas kakap yang tidak lagi merasa bersalah ketika melakukannya. 

Yesus mengatakan hal ini dalam konteks menasihati kita untuk tidak bersumpah,yang mengacu kepada 10 Perintah Allah: “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu” (Keluaran 20:16). Pada kenyataannya, manusia terkadang begitu mudah bersumpah demi segala sesuatu, bahkan berani bersumpah dengan mengatasnamakan Tuhan untuk sesuatu kebohongan. 

Menghormati Janji

Ayat Alkitab dari Yehezkiel 17 : 19 menuliskan “Oleh sebab itu, beginilah firman Tuhan ALLAH: Demi Aku yang hidup, Aku pasti menimpakan atas kepalanya sumpahnya kepada-Ku, yang dipandangnya ringan dan perjanjiannya di hadapan-Ku, yang diingkarinya.”

Suatu ketika, seorang pemilik perusahaan sangat percaya dengan bawahannya yang ia kenal sejak lama berlaku jujur dalam menjalankan tugasnya. Tapi, suatu ketika bawahannya tadi menemui atasannya dan meminta tolong agar diberikan keringanan. Bawahan tadi berjanji akan mengembalikan uang yang ia pinjam pada atasannya satu bulan ke depannya. Tapi, bawahannya tadi ingkar janji dan tak menepati janjinya membayar pinjamannya pada atasan. 

Sejak saat itu, atasannya jadi tidak percaya lagi dengan bawahannya. Sesungguhnya, atasannya hanya butuh kejujuran dari bawahannya agar berterus terang sebelum hari dan tanggal janji yang disampaikan. Akan tetapi bawahannya tadi justru diam saja dan membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa ada tanggungjawab dari si bawahan kepada atasan bahwa apa yang dijanjikannya belum bisa dipenuhi.

Itu sebabnya, belajarlah sejak dini untuk menepati dan menganggap serius sebuah janji. Orang yang selalu menepati janji dengan sendirinya menjadi saksi kuat akan dirinya sendiri dalam hal kebenaran, sehingga mereka tidak lagi perlu mengucapkan sumpah-sumpah lewat bibirnya untuk meyakinkan orang lain. 

Tuhan Yesus mengajarkan kita, hendaklah kita mau menghormati janji dengan menepatinya. Jika ya, katakanlah ya. Jika tidak, katakan tidak. Diluar itu adalah kebohongan yang datang dari si jahat. Ketika mengatakan ya, peganglah itu dengan sungguh-sungguh. Jangan biasakan untuk memberi janji-janji palsu dengan alasan apapun. 

Hendaklah kita selalu mengutamakan kejujuran agar tidak membuka peluang bagi iblis untuk berpesta pora menghancurkan segala yang sudah kita bangun dengan susah payah. Ingatlah bahwa janji yang dibuat asal-asalan dan tidak ditepati akan mengakibatkan ketidakpercayaan orang pada kita, dan juga sebuah dosa menjijikkan di hadapan Tuhan.

Ada suatu kejadian dimana ada rapat majelis suatu gereja melakukan kesepakatan untuk menentukan pakaian apakah yang akan dikekanakan pada saat perhadapan kepada jemaat sebagai Pengurus Pelayanan Jemaat. Pada saat itu disepakati bahwa pakaian yang digunakan adalah kemeja putih dan rok/calana warna hitam tanpa Jas dengan alasan tidak semua anggota majelis memiliki setelan jas. Pada keesokan harinya saat perhadapan ada sebagian anggota majelis gereja yang mengingkari kesepakatan tersebut dan secara diam diam mengenakan jas tanpa alasan yang jelas. Ini adalah contoh ingkar janji yang walaupun  hal ini dianggap sangat remeh tapi masih ada orang yang sulit untuk menepatinya. Sebagai seorang majelis jemaat atau  tokoh jemaat ini adalah hal yang cukup mengusik, bagaimana mereka bisa dengan mudah melanggar kesepakatan atau janji yang telah dibuat sendiri.

Jangan membiasakan diri berjanji tetapi tidak mau menepatinya. Kita bukanlah manusia lama tetapi manusia baru yang telah mengenakan Kristus. Maka sebaiknya kita bertindak hati-hati dan halus dalam bertutur kata karena kita meyakini segala ucapan kita bisa melukai hati kudus Kristus bahkan manusia itu sendiri.

Di hari yang berbahagia ini, kita harus memulai hal kecil dengan tetap berpegang teguh pada janji-janji yang kita buat. Jangan berjanji kalau akhirnya ingkar janji. Amin.