Saturday, March 1, 2025

KASIH BAPA DAN PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH DASAR KESELAMATAN KITA

 Bahan Bacaan : Matius 21:33-46. Nats Pembimbing : Yohanes 3:16


Pendahuluan

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Hari ini kita merenungkan sebuah kisah yang disampaikan Yesus dalam Matius 21:33-46 — tentang seorang tuan kebun anggur yang berulang kali mengutus hamba-hambanya kepada para penggarap, tetapi mereka semua diperlakukan dengan kasar, bahkan dibunuh. Sampai akhirnya, sang tuan mengutus anaknya sendiri, dengan harapan para penggarap menghormati dia. Tetapi, anak itu pun dibunuh.

Kisah ini bukan sekadar perumpamaan biasa, melainkan cerminan kasih Allah yang luar biasa. Melalui perumpamaan ini, Yesus sedang menyatakan rencana keselamatan Allah, di mana Bapa mengutus Anak-Nya yang tunggal sebagai wujud kasih-Nya yang sempurna.

Inilah yang ditegaskan oleh Yohanes 3:16:

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Pertanyaan Refleksi

Sebelum kita mendalami lebih jauh, mari kita renungkan beberapa pertanyaan:

  • Mengapa Allah memilih mengutus Anak-Nya sendiri, bukan malaikat atau nabi?
  • Apakah benar kasih Allah menjadi dasar dari semua tindakan-Nya, termasuk pengutusan Anak-Nya?
  • Bagaimana respons kita atas kasih yang sedemikian besar ini?

Mari kita selidiki bersama melalui firman Tuhan.

Isi Renungan

1. Kasih Allah sebagai Motif Utama Pengutusan Anak (Yohanes 3:16)

Kasih Allah bukan sekadar konsep. Itu adalah tindakan nyata. Kasih Allah dinyatakan melalui keputusan paling mahal, yaitu mengutus Anak-Nya sendiri.

  • Allah tidak mengutus malaikat, karena malaikat adalah ciptaan, bukan Sang Juruselamat.
  • Allah tidak hanya mengirim nabi, karena nabi hanya menyampaikan pesan, tetapi tidak bisa menanggung dosa manusia.
  • Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal, yang sehakikat dengan Bapa, yang kekal adanya. Mengapa? Karena hanya Anak yang sanggup menjadi pengantara antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa.

Kasih Allah yang begitu besar ini menunjukkan bahwa keselamatan kita bukan hasil usaha manusia, melainkan sepenuhnya anugerah dan kasih Allah.

2. Anak Tunggal, Wujud Kasih dan Pengorbanan Tertinggi

Matius 21:37 berkata:
"Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani."

Tapi, apa yang terjadi? Anaknya dibunuh.
Gambaran ini menunjuk langsung kepada Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah yang diutus ke dunia, tetapi ditolak, disalibkan, dan mati untuk dosa manusia.

Mengapa Anak yang diutus?

  • Karena hanya Anak yang Kudus dan tak bercacat. (1 Petrus 1:18-19)
  • Karena hanya Anak yang sehakikat dengan Bapa, sehingga korban-Nya bernilai kekal. (Kolose 1:15-17)
  • Karena hanya melalui Anak, Allah memperdamaikan dunia dengan diri-Nya. (2 Korintus 5:19)

Kasih Allah dalam mengutus Anak-Nya bukanlah kasih yang mudah. Itu adalah kasih yang rela berkorban, kasih yang menyakitkan, kasih yang memberi segalanya.

3. Pengutusan Anak dan Penebusan Dosa Manusia

Ibrani 9:22 menyatakan bahwa tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan dosa.
Manusia berdosa melawan Allah yang Mahakudus. Tidak ada manusia, nabi, atau malaikat yang cukup layak membayar harga dosa itu.

Karena itu, Allah sendiri yang turun melalui Anak-Nya, mengambil rupa manusia, menanggung dosa kita di kayu salib.
Filipi 2:6-8 mengatakan:
"Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba..."

Inilah puncak kasih Allah: Allah rela menderita melalui Anak-Nya demi menyelamatkan kita.
Darah Anak Allah tercurah, supaya kita yang percaya beroleh hidup kekal.

Cerita Inspirasi 

Kisah Abraham yang diminta mempersembahkan Ishak (Kejadian 22) adalah bayangan samar dari kasih Allah Bapa.

  • Abraham diminta mengorbankan anak yang ia kasihi.
  • Ketika pisau hampir menyentuh tubuh Ishak, Allah mencegahnya dan menyediakan domba sebagai ganti.
  • Tetapi, ketika Yesus — Anak Tunggal Allah — di kayu salib, tidak ada pengganti bagi-Nya. Dialah korban sempurna itu.

Kisah ini menunjukkan betapa besar harga yang Allah bayar untuk menyelamatkan kita. Allah rela memberikan Anak-Nya sendiri, tanpa pengganti, demi kasih-Nya kepada dunia.

Implikasi dalam Kehidupan Jemaat

  1. Menghargai Keselamatan yang Mahal
    Keselamatan bukan gratis, tapi mahal. Dibayar dengan darah Anak Allah. Hidup kita harus mencerminkan penghargaan atas kasih itu, dengan hidup kudus dan setia kepada Tuhan.

  2. Menghidupi Kasih Allah
    Kalau kita sudah menerima kasih sebesar ini, apakah kita sudah membagikannya kepada sesama?
    1 Yohanes 4:11 berkata:
    "Jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka wajiblah kita juga saling mengasihi."

  3. Menyadari Identitas Kita Sebagai Anak-anak Allah
    Melalui pengorbanan Kristus, kita diangkat menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Kita punya Bapa yang mengasihi kita, memelihara kita, dan menuntun kita dalam kasih-Nya setiap hari.

Kesimpulan

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Kasih Bapa dan Pengorbanan Anak Tunggal Allah bukan sekadar kisah Alkitab, tetapi dasar iman kita. Keselamatan kita berdiri di atas fondasi kasih yang rela berkorban.

  • Bapa mengasihi dunia, maka Dia mengutus Anak-Nya.
  • Anak-Nya mati dan bangkit, supaya kita beroleh hidup kekal.
  • Kasih ini tidak boleh berhenti di diri kita, tetapi harus menjadi gaya hidup, menjadi kesaksian, menjadi cahaya yang bersinar di tengah dunia.

Sudahkah kita hidup sebagai orang yang benar-benar menghargai kasih Allah?
Kiranya kasih yang besar itu menggerakkan kita untuk hidup lebih dekat dengan Tuhan, dan mengasihi sesama dengan tulus. Amin.

Doa Penutup:

Bapa yang Mahakasih, kami bersyukur untuk kasih-Mu yang tidak terukur, yang Engkau nyatakan dengan mengutus Anak-Mu yang tunggal. Tolong kami memahami betapa mahal harga keselamatan kami, dan tolong kami hidup sebagai anak-anak yang menghargai pengorbanan Kristus. Pakai hidup kami menjadi saluran kasih-Mu di dunia ini. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.

No comments:

Post a Comment