Sunday, May 25, 2025

Ibadah Bulan Budaya Minggu Ke-empat Etnis Alor: “Kasih yang Memulihkan Relasi” dalam Harmoni Lego-Lego"

Maumere, 25 Mei 2025 — Ibadah Minggu, 25 Mei 2025 di GMIT Kalvari Maumere berlangsung khidmat dalam suasana khas Bulan Budaya, yang pada minggu ke-empat ini mengangkat kekayaan budaya dari etnis Alor. Dengan semangat kebersamaan dan keragaman, ibadah dipimpin oleh Pendeta Ferluminggus Bako, S.Th., dan mengambil bacaan dari Yohanes 21:15-19 di bawah perikop “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Tema renungan kali ini adalah “Kasih yang Memulihkan Relasi.”

Ibadah diawali dengan ulasan narator yang menegaskan nilai luhur budaya Alor melalui tarian lego-lego, sebuah simbol kuat kebersamaan dan persaudaraan. “Alor memang terbagi atas banyak wilayah dengan bahasa yang berbeda, namun lego-lego menjadi tarian pemersatu. Dalam lego-lego, semuanya menjadi satu — bergandeng tangan, bernyanyi, dan bersukacita bersama di setiap peristiwa,” demikian pengantar yang disampaikan. Lego-lego digambarkan sebagai lambang pemulihan relasi dan solidaritas, di mana yang lemah dirangkul oleh yang kuat, dan yang terpisah dipeluk sebagai satu keluarga dalam Tuhan.

Dalam khotbahnya, Pdt. Ferluminggus Bako, menyampaikan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, dan karena itu relasi menjadi bagian penting dalam hidup bersama. Namun relasi antar manusia tidak selalu berjalan mulus dan seringkali menghadapi masalah. "Pertanyaannya, apa yang mesti dilakukan jika terjadi masalah dalam relasi?" ungkap Pdt. Ferluminggus Bako mengajak jemaat merenung.

Mengacu pada kisah Yesus dan Petrus, Pdt. Ferluminggus Bako menekankan bahwa relasi yang terganggu berdampak pada kualitas hidup dan pekerjaan. Setelah Petrus menyangkal Yesus tiga kali, relasi mereka terganggu. Namun Yesus mengambil inisiatif untuk memulihkan relasi tersebut, bukan dengan menyalahkan, tetapi dengan bertanya, “Apakah engkau mengasihi Aku?”

Tiga kali Yesus bertanya tentang kasih, masing-masing merujuk pada kasih agape dan philia, menandakan betapa dalam dan pentingnya kasih sebagai dasar relasi yang sejati. “Relasi yang rusak bisa dipulihkan dengan kasih". Kalau kita ingin relasi yang harmonis, standar ego manusia harus diturunkan. Ketika relasi dengan Allah baik, maka relasi dengan sesama juga menjadi baik,” jelas Pdt. Ferluminggus Bako.

Lego-lego pun dikaitkan dengan relasi ini, irama yang sama, gerakan yang harmonis, dan tangan yang bergandengan mencerminkan hidup bersama yang seirama. “Jika satu orang fokus pada dirinya sendiri, maka keindahan tariannya hilang. Begitu pula dalam relasi manusia,” tambahnya.

Ibadah ditutup dengan semangat bahwa relasi antara manusia dan Allah, serta sesama manusia, adalah bagian dari misi Allah untuk kebaikan dunia. Relasi itu dibangun bukan atas dasar kepentingan pribadi, tetapi atas dasar kasih yang menyatukan dan memulihkan.

Bulan Budaya GMIT Kalvari Maumere terus menjadi ruang inkulturatif iman Kristen dan budaya lokal, memperkuat identitas sekaligus menumbuhkan kasih dalam kebersamaan umat.

No comments:

Post a Comment