Tuesday, June 10, 2025

Firman dan Roh yang Menghidupkan

 Bacaan: Yehezkiel 37:1–14

A. pendahuluan  (Pengharapan di Tengah Keputusasaan)

Saudara-saudari jemaat yang dikasihi Tuhan,
Pernahkah kita merasa hidup ini seperti lembah tulang-tulang kering? Saat tidak ada harapan, doa terasa hampa, dan iman terasa mati? Mungkin itu yang sedang dialami oleh bangsa Israel dalam nubuatan Nabi Yehezkiel. Mereka terbuang di pembuangan Babel, kehilangan tanah, bait Allah, dan identitas sebagai umat pilihan. Mereka berkata, “Tulang-tulang kami menjadi kering, dan pengharapan kami sudah lenyap” (ayat 11).

Tetapi justru di tengah lembah kematian itu, Tuhan menyatakan kuasa-Nya: melalui Firman dan Roh-Nya, Ia menghidupkan kembali.


B. Isi Renungan

I. Lembah Tulang Kering: Gambaran Kehidupan Tanpa Allah (Ayat 1–3)

Yehezkiel dibawa oleh tangan TUHAN ke suatu lembah yang penuh tulang-tulang. Tulang-tulang itu bukan hanya banyak, tetapi juga sangat kering—artinya sudah lama mati, tidak ada kehidupan yang tersisa.

Ini adalah gambaran kehidupan manusia tanpa Allah. Kita bisa hidup secara jasmani, tetapi mati secara rohani. Gereja bisa ramai secara aktivitas, tetapi hampa dari kehadiran Allah. Jemaat bisa hadir setiap minggu, tetapi hatinya kering dan dingin.

Tuhan bertanya, “Dapatkah tulang-tulang ini hidup kembali?” Ini bukan pertanyaan informasi, tetapi undangan untuk percaya bahwa kuasa Allah melampaui realitas manusia.

II. Firman yang Menghidupkan (Ayat 4–8)

Tuhan memerintahkan Yehezkiel untuk menubuatkan kepada tulang-tulang itu. Ini menarik—mengapa bukan langsung mukjizat? Mengapa melalui firman?

Karena Firman Allah adalah alat utama pembaruan. Firman itulah yang menciptakan di awal (Kejadian 1). Firman juga yang menegur, menghibur, menuntun, dan membentuk. Firman menimbulkan gerakan—tulang-tulang mulai bersatu, daging menutupi, tetapi belum ada napas hidup.

Ini mengingatkan kita: aktivitas rohani belum tentu kehidupan rohani. Mungkin kita membaca Alkitab, melayani, atau menyanyi di gereja—tetapi tanpa Roh Kudus, semua itu hanya “bentuk tubuh” tanpa kehidupan.

III. Roh yang Membangkitkan (Ayat 9–10)

Kemudian Tuhan memerintahkan Yehezkiel menubuatkan kepada Roh: “Hai napas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin dan berhembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini.” Dan ketika Roh masuk, mereka hidup kembali dan bangkit menjadi tentara yang besar.

Roh Kudus adalah nafas kehidupan Allah. Tanpa Roh, gereja hanyalah organisasi. Tetapi dengan Roh, gereja menjadi organisme hidup. Tanpa Roh, kita hanya punya hukum. Dengan Roh, kita punya hubungan. Roh Kudus menghidupkan hati yang keras, menggerakkan iman yang beku, dan menyegarkan kasih yang layu.

IV. Bentuk Penghiburan, Pengharapan, dan Pemulihan dari Allah

1. Penghiburan Allah: Tuhan Masih Hadir dan Peduli

“Tangan TUHAN ada padaku, dan Ia membawa aku keluar dalam Roh TUHAN dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah penuh tulang-tulang.” (ayat 1)

Maknanya:

  • Tuhan turun tangan secara pribadi untuk menuntun Yehezkiel melihat kondisi umat-Nya.
  • Ini menunjukkan bahwa Allah tidak tinggal diam melihat penderitaan umat-Nya.
  • Sekalipun mereka merasa "mati", Allah tetap dekat, memperhatikan, dan masih berbicara.

Penghiburan terbesar adalah ini: Allah tidak melupakan kita, bahkan di ‘lembah tulang kering’ kehidupan kita.

2. Pengharapan Allah: Kehidupan Masih Mungkin, Sekalipun Mustahil

“Dapatkah tulang-tulang ini hidup kembali?” Aku menjawab: “Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahui!” (ayat 3)

Maknanya:

  • Dalam logika manusia, tulang yang kering tidak bisa hidup.
  • Tapi Allah menunjukkan bahwa pengharapan sejati bukan berdasar pada situasi, tapi pada kuasa-Nya.
  • Pengharapan bukanlah ilusi, melainkan janji yang diberikan Allah sendiri.

Tuhan sanggup mengubah situasi yang paling tidak mungkin menjadi hidup kembali.

3. Pemulihan Melalui Firman dan Roh Allah

a. Melalui Firman (ayat 4–8):

“Bernubuatlah… hai tulang-tulang kering, dengarlah firman TUHAN!”

  • Tuhan menyuruh Yehezkiel berbicara kepada tulang-tulang kering.
  • Ini menunjukkan bahwa pemulihan dimulai dari mendengar Firman.
  • Firman itu menyatukan kembali tulang-tulang, memberi bentuk dan struktur.

b. Melalui Roh (ayat 9–10):

“Bernubuatlah kepada roh... supaya mereka hidup kembali.”

  • Setelah tubuh terbentuk, Roh Allah-lah yang memberi kehidupan.
  • Tanpa Roh, tubuh hanya "kerangka kosong".
  • Roh memberi nafas, kekuatan, dan tujuan.

Pemulihan sejati adalah gabungan antara kebenaran (Firman) dan kuasa (Roh Kudus).

4. Janji Pemulihan Total: Bangkit, Kembali, dan Diperbarui

“Aku akan membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku... Aku akan menaruh Roh-Ku di dalam kamu, sehingga kamu hidup kembali.” (ayat 12–14)

Maknanya:

  • Allah berjanji membangkitkan kembali bangsa Israel secara rohani dan nasional.
  • Mereka yang merasa "terkubur" dalam dosa, penderitaan, atau keputusasaan akan dibangkitkan kembali.
  • Ini adalah janji pemulihan total—bukan sekadar keluar dari masalah, tetapi mengalami kehidupan baru yang dipulihkan oleh Tuhan sendiri.


C. Penutup: Respons Kita

Saudara-saudari jemaat, apa respons kita hari ini?

  1. Bukalah hati kepada Firman Allah – jangan sekadar mendengar, tapi biarkan Firman itu menegur dan membentuk.
  2. Minta Roh Kudus memenuhi hidup kita – bukan hanya dalam kebaktian, tapi setiap hari dalam hidup pribadi.
  3. Percayalah akan kuasa Allah yang memulihkan – tidak ada lembah yang terlalu dalam, tidak ada tulang yang terlalu kering, bagi Allah yang hidup.

Firman dan Roh-Nya sanggup menghidupkan kembali! Amin



Monday, June 2, 2025

SANG TUAN AKAN DATANG

 Bacaan: Lukas 12:35-48

PENDAHULUAN

1. Makna Waspada

Dalam kehidupan sehari-hari, kata "waspada" sering kita pahami sebagai sikap berjaga-jaga, berhati-hati terhadap bahaya atau kemungkinan yang tak terduga. Namun dalam konteks rohani, waspada berarti kesiapan penuh dalam iman dan tindakan.
Waspada bukan hanya soal "menunggu" dalam doa, tapi juga hidup dalam ketaatan nyata dan perbuatan yang mencerminkan iman.

2. Cerita Analogi: Makna Waspada dalam Kehidupan

Bayangkan seorang pemadam kebakaran yang sedang berjaga di posnya. Ia tidak tahu kapan alarm akan berbunyi, tapi ia harus siap setiap saat. Ia tak hanya duduk diam, tetapi:

  • Seragamnya sudah dikenakan,
  • Selang dan alat disiapkan,
  • Pikiran dan fisik dalam kondisi siaga.

Pada suatu malam di musim kemarau, alarm darurat berbunyi di pos pemadam kebakaran di sebuah kota kecil. Sebuah sekolah dasar bersejarah yang terbuat dari kayu tua terbakar hebat. Api sudah membesar saat tim pemadam tiba, dan banyak warga hanya bisa berdiri pasrah, menyaksikan bangunan itu hampir musnah.

Namun Komandan Andi, pemadam senior, tidak membuang waktu. Ia tahu bahwa bangunan utama masih bisa diselamatkan jika titik api di bagian belakang segera dipadamkan.

Dengan cepat ia: Membagi tim menjadi dua—satu tim menangani api dari luar, satu lagi masuk ke dalam untuk menyelamatkan dokumen penting dan alat-alat pendidikan. Ia sendiri masuk ke bagian belakang yang paling panas, membawa selang dan perlindungan udara terbatas.

Di dalam, asap sangat tebal. Pandangan terbatas. Tapi Komandan Andi tetap tenang, fokus, dan terus maju ke titik api utama.

Ia menemukan bahwa api berasal dari ruang penyimpanan alat-alat lab, yang mudah meledak jika dibiarkan. Dengan keberanian luar biasa, ia menyemprotkan air tepat ke titik-titik paling panas, meski tangki oksigennya makin menipis.

Setelah 40 menit perjuangan, tim berhasil mengendalikan api. Bagian depan dan aula utama sekolah selamat. Banyak dokumen penting berhasil diamankan.

Warga pun bersorak saat melihat api padam dan gedung tidak roboh. Komandan Andi dipeluk oleh para guru yang menangis terharu.

Keesokan harinya, seorang wartawan bertanya,

“Pak, apa yang membuat Anda begitu yakin untuk masuk ketika semua orang panik?”

Komandan Andi menjawab:

“Kami sudah berlatih untuk momen ini. Kami tahu betul apa yang harus kami lakukan. Saat waktunya tiba, kami harus siap – bukan hanya dengan alat, tapi juga dengan niat dan tanggung jawab.”


Kalau pak Andi dan Timnya  hanya duduk menunggu tanpa persiapan, maka saat kebakaran benar terjadi, semua akan terlambat. Dalam kisah tadi  kita menemukan beberapa karakter yang dimiliki tim damkar yang waspada, yakni Setia, Siap Sedia, Taat & Bertanggung, Bijaksana dan melayani. Demikian juga kita sebagai orang percaya, kita tidak tahu kapan "alarm surgawi" berbunyi, saat Tuhan datang kembali. Tapi apakah kita siap?


ISI RENUNGAN

Saya mengajak saudara saudara terkasih untuk kita meenungkan firman Tuhan dalam 5 (lima) pokok renungan sesuai dengan perikop bacaan Lukas 12: 35-48.

1. Gambaran Orang yang Berjaga-jaga (ayat 35-36)

Yesus menggambarkan hamba yang berjaga sebagai:

  • Pinggang tetap berikat → tanda siap untuk bekerja.
  • Pelita tetap menyala → hidup dalam terang dan kebenaran.

Artinya, iman yang aktif dan siap bertindak. Waspada bukan hanya sikap hati, tapi gaya hidup. Tidak cukup hanya percaya, tapi harus ada tindakan nyata. Seperti yang dikatakan Yakobus:

“Iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:17)

2. Upah Orang yang Berjaga-jaga (ayat 37-38)

Orang yang berjaga-jaga akan diberi kehormatan luar biasa: Tuan akan melayani mereka.

  • Ini berbicara tentang balasan kemuliaan yang Yesus sendiri janjikan.
  • Mereka yang setia tidak akan dibiarkan kosong, tetapi akan menerima penghargaan dari Tuhan sendiri. Tuhan sendiri akan membalas dengan hidup dan kemuiaan yang kekal.

3. Kapan Tuhan Datang? (ayat 39-40)

Yesus dengan jelas berkata bahwa Anak Manusia datang pada saat yang tidak disangka.

  • Maka waspada berarti: kesiapan setiap waktu, bukan nanti-nanti.
  • Kita tidak hidup dalam ketakutan, tapi dalam kesiapan yang beriman dan bertindak. Ketakutan melumpuhkan, tetapi iman membangkitkan keberanian. Kesiapan yang sejati bukan hanya soal mengetahui waktunya, melainkan berjalan setiap hari dalam kehendak Tuhan, dengan hati yang setia dan tangan yang bekerja.

4. Makna Tanggung Jawab Pengurus Rumah (ayat 42-44)

Yesus berbicara tentang pengurus rumah—gambaran dari mereka yang diberi tanggung jawab, baik dalam pelayanan, keluarga, maupun jemaat.

  • Mereka diminta memberi makan tepat pada waktunya, artinya, memberi pengajaran, kasih, dan pelayanan dengan tepat.
  • Mereka yang setia akan dipromosikan: Tuhan akan mempercayakan hal-hal yang lebih besar.

 5. Dua Jenis Hamba (ayat 45-48)

Yesus membedakan:

  • Hamba jahat: karena merasa tuannya lama datang, ia hidup seenaknya, menindas, dan melalaikan tugas.
  • Hamba yang setia dan bijaksana: tetap bekerja dengan tanggung jawab meskipun tuan belum kelihatan.

Prinsip penting:

“Barangsiapa diberi banyak, dari padanya akan dituntut lebih banyak.” (ayat 48)

Pengetahuan tentang firman bukan hanya untuk diketahui, tapi untuk dijalankan.

 6. Cerita Inspirasi dalam Alkitab

Kita bisa melihat bagaimana cerita tentang Nabi Nuh. Dia seperti seorang yang penuh sikap waspada dan berjaga-jaga. Nuh menerima perintah Tuhan sehingga dia bisa melihat sesuatu yang belum kelihatan. Sebagai seseorang yang waspada Nuh juga memiliki arah, tujuan dan pengihatan ke depan yang lebih jauh (Visioner), dia juga memiliki karakter yang baik yaitu, kesetiaan, kesiapan dan taggung jawab (karakter) yang dibuktikan melalui tindakan nyata. Nuh siap dalam iman dan dalam tindakan. Ini adalah contoh bagaimana kewaspadaan itu dipahami dan dimaknai.

Nuh Menerima Peringatan Tuhan dan Menanggapinya dengan Iman

  • Tuhan memberi peringatan tentang air bah, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
  • Tapi Nuh percaya dan berjaga-jaga dengan mempersiapkan diri dan keluarganya.
  • Ini adalah bentuk kewaspadaan: mempercayai firman Tuhan dan bertindak meskipun bukti fisik belum ada.

Nuh Tidak Tidur Rohani – Ia Bertindak Nyata. Kewaspadaan Nuh bukan hanya berdoa dan duduk diam menunggu banjir. Ia:

  • Membangun bahtera selama bertahun-tahun,
  • Mendidik keluarganya,
  • Menjadi “pemberita kebenaran” di tengah masyarakat yang jahat (2 Petrus 2:5).

Nuh Memiliki Visi Akan Masa Depan. Nuh memahami bahwa hidupnya bukan hanya untuk masa sekarang, tapi untuk rencana Allah yang lebih besar: keselamatan generasi baru.

  • Ia membangun sesuatu yang tidak populer, tidak dimengerti orang lain, dan belum kelihatan.
  • Tapi ia tetap setia, karena ia melihat apa yang Tuhan janjikan, walau belum terjadi.

IMPLIKASI DALAM KEHIDUPAN JEMAAT

  1. Kesiapan iman harus disertai tindakan nyata. Hidup kita harus memancarkan terang Kristus melalui kasih, pelayanan, dan kesetiaan.
  2. Setiap orang percaya adalah pengurus rumah. Tuhan mempercayakan keluarga, pelayanan, pekerjaan, dan tanggung jawab rohani lainnya.
  3. Jangan menunda hidup dalam kekudusan. Waktu Tuhan datang tidak kita ketahui. Hidup kita harus setiap saat siap menyambut kedatangan-Nya.
  4. Hidup waspada berarti hidup yang berdampak. Iman kita harus memiliki nilai, berguna, bermanfaat, dan menjadi berkat bagi orang lain.

PERTANYAAN REFLEKSI

  1. Apakah hidup saya sudah mencerminkan kesiapan rohani, baik dalam iman maupun tindakan?
  2. Jika Tuhan datang hari ini, apakah saya siap menyambut-Nya dengan penuh sukacita atau justru gentar?
  3. Apakah saya sudah bertanggung jawab terhadap tugas yang Tuhan percayakan kepada saya?


KESIMPULAN

Yesus berkata:


“Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang.” (Lukas 12:37)

Sang Tuan akan datang. Kita tidak tahu kapan, tapi kita tahu Ia pasti datang. Maka, marilah kita hidup bukan hanya dengan iman yang percaya, tapi juga dengan perbuatan yang membuktikan iman itu nyata.

Wasapada berarti hidup yang siap dan berisi. Bukan kosong. Bukan pasif. Tapi aktif dalam kasih, pelayanan, dan kesetiaan. Biarlah ketika Tuhan datang, kita didapati sebagai hamba-hamba yang setia dan bijaksana, yang siap menerima warisan surgawi.