Bacaan: Ibrani 12:25–28
“Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia yang berfirman. Sebab jikalau mereka yang menolak Dia yang memberi peringatan di bumi tidak luput, terlebih lagi kita, kalau kita berpaling dari Dia yang memberi peringatan dari sorga... Sebab kerajaan yang tidak tergoncangkan ialah kerajaan kita; karena itu marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.”
1. Pendahuluan
Ayat ini muncul dalam konteks penulis Ibrani membandingkan dua gunung: Gunung Sinai — lambang perjanjian lama yang penuh ketakutan, dan Gunung Sion — lambang anugerah dan kerajaan yang kekal. Namun, anugerah bukan berarti kita boleh bersikap sembarangan di hadapan Allah. Sebab Allah yang penuh kasih itu juga adalah “api yang menghanguskan.”
2. Tafsiran dan Makna Perikop (Ibrani 12:25–28)
a. Ayat 25:
Makna Filosofis: “Hormat dan takut” bukan ketakutan destruktif, melainkan kesadaran eksistensial manusia di hadapan realitas Ilahi yang tak terbandingkan.
Makna Rohaniah: Ibadah sejati lahir dari hati yang tunduk dan kagum akan kebesaran Allah, bukan dari formalitas atau rutinitas keagamaan.
3. Isi Renungan
Dalam dunia modern, banyak orang beribadah tanpa rasa gentar. Gereja menjadi tempat yang nyaman, tetapi kehilangan rasa kudus. Banyak orang datang dengan sikap santai, bahkan lalai menyiapkan hati.
Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa Allah yang kita sembah bukan “teman biasa”, tetapi Allah yang kudus, yang firman-Nya tidak boleh ditolak.
Kita beribadah bukan untuk menyenangkan diri, tetapi untuk menghormati Dia yang berkuasa atas hidup dan maut.
Allah kita adalah “api yang menghanguskan”, artinya Dia adalah sumber kekudusan dan kebenaran yang membakar segala dosa dan kepalsuan. Maka, sikap ibadah yang benar harus dilandasi:
-
Rasa syukur atas anugerah keselamatan,
-
Rasa hormat karena kebesaran Allah,
-
Rasa takut yang suci karena kesadaran akan kekudusan-Nya.
4. Cerita Inspirasi / Analogi Kehidupan
Ada seorang raja besar yang sangat dihormati rakyatnya. Suatu hari ia mengundang semua pejabat untuk menghadiri upacara kerajaan. Seorang pejabat muda datang dengan pakaian seadanya dan berperilaku seenaknya. Ketika raja melihatnya, ia berkata, “Engkau tidak menghormati takhta ini. Bukan karena aku ingin menakut-nakutimu, tetapi karena engkau tidak memahami siapa yang engkau hadapi.”
Demikian pula dalam ibadah. Kadang kita datang kepada Allah tanpa kesadaran bahwa kita sedang berdiri di hadapan Raja segala raja. Allah tidak menuntut penampilan lahiriah yang sempurna, tetapi hati yang gentar, hormat, dan rendah diri di hadapan-Nya.
5. Implikasi dalam Kehidupan Jemaat
-
Ibadah harus disiapkan dengan hati dan pikiran yang kudus.
Jangan datang ke gereja hanya karena kebiasaan, tetapi dengan kesadaran akan hadirat Allah. -
Hidup sehari-hari harus menjadi kelanjutan dari ibadah.
Jika kita sungguh menghormati Allah, maka nilai ibadah harus tampak dalam sikap, tutur kata, dan tindakan kita di rumah, di kantor, dan di masyarakat. -
Ibadah harus membawa perubahan hidup.
Jika setiap ibadah membuat kita semakin takut akan dosa dan semakin mengasihi sesama, maka ibadah itu berkenan kepada Allah
6. Pertanyaan Refleksi
-
Apakah selama ini saya beribadah dengan kesadaran akan kekudusan Allah?
-
Apakah ibadah saya masih penuh hormat, atau hanya rutinitas tanpa makna?
-
Bagaimana saya menunjukkan rasa takut dan hormat kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari?
7. Kesimpulan
Allah yang kita sembah adalah Allah yang sama — dahulu, sekarang, dan selamanya. Ia penuh kasih, tetapi juga kudus dan adil. Karena itu, marilah kita beribadah dengan hati yang bersyukur, jiwa yang tunduk, dan hidup yang berkenan kepada-Nya.
Ibadah sejati bukan sekadar datang ke gereja, tetapi hidup setiap hari dengan kesadaran bahwa kita berada di hadapan Allah yang kudus. Kiranya hati kita senantiasa gentar oleh kasih dan kemuliaan-Nya, agar kita layak menjadi warga kerajaan yang tidak tergoncangkan.
“Marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.” (Ibrani 12:28)
Amin- Than memberkati kita dengan firmannya.

No comments:
Post a Comment