Thursday, February 27, 2025

DIPANGGIL UNTUK DIUTUS

 Bacaan: Yeremia 4:1-10



Pendahuluan

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Ketika kita membaca kitab Yeremia, kita akan melihat bagaimana Tuhan berbicara kepada bangsa Israel melalui nabi-Nya. Yeremia adalah seorang nabi yang dipanggil di tengah situasi yang penuh dengan kemerosotan iman, ketidaksetiaan, dan ketidakpedulian bangsa Israel terhadap Allah. Dalam Yeremia 4:1-10, kita melihat bagaimana Allah memanggil umat-Nya untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Namun, panggilan ini bukan hanya berhenti pada pertobatan. Ada sebuah panggilan lebih besar: yaitu menjadi umat yang diutus untuk menyatakan kebenaran dan kasih Tuhan di tengah dunia yang gelap. 

Panggilan Yeremia mengingatkan kita bahwa setiap umat Tuhan dipanggil bukan hanya untuk diselamatkan, tetapi juga untuk diutus menyatakan kehendak-Nya. Pertanyaannya, apakah kita siap menyambut panggilan itu?

Pertanyaan Refleksi

  1. Apakah kita menyadari bahwa panggilan keselamatan selalu diikuti dengan panggilan untuk diutus?
  2. Bagaimana kita merespon suara Tuhan yang memanggil kita di tengah kenyamanan hidup kita saat ini?
  3. Apakah kita masih peduli dengan kondisi moral dan spiritual di sekitar kita?

Isi Renungan

1. Panggilan untuk Bertobat dan Diperbarui (Yeremia 4:1-2)
Tuhan memanggil Israel untuk kembali kepada-Nya dengan sungguh-sungguh. Pertobatan sejati bukan hanya sekadar merasa bersalah, tetapi melibatkan perubahan hati dan tindakan nyata. Jika mereka mau kembali, Tuhan berjanji akan memberkati mereka, dan bahkan nama Tuhan akan dimuliakan di tengah bangsa-bangsa. 

Melalui Yeremia, Tuhan bukan hanya memanggil Israel untuk bertobat, tetapi juga mengingatkan panggilan luhur mereka sebagai umat pilihan: yaitu hidup dalam kesetiaan, keadilan, dan kebenaran. Dengan hidup seperti itu, nama Tuhan akan dipermuliakan di tengah bangsa-bangsa lain. Artinya, panggilan untuk bertobat bukan hanya demi keselamatan diri sendiri, tetapi agar mereka diutus menjadi terang bagi bangsa-bangsa.

Demikian juga dengan kita. Kita dipanggil untuk bertobat setiap hari, meninggalkan berhala-berhala modern yang menguasai hidup kita: uang, jabatan, gengsi, atau kesenangan duniawi. Pembaruan hati adalah awal dari kesiapan kita untuk diutus.

2. Panggilan untuk Menyuarakan Kebenaran (Yeremia 4:3-4)
Tuhan memakai gambaran tanah yang perlu dibajak dan semak berduri yang harus dibersihkan. Ini menunjukkan bahwa hati yang keras dan penuh dosa harus dipersiapkan untuk menerima firman Tuhan. Nabi Yeremia diutus untuk menyuarakan kebenaran ini meski menghadapi perlawanan.

Kita pun, sebagai orang percaya, dipanggil menyuarakan kebenaran di tengah keluarga, pekerjaan, dan masyarakat. Mengingatkan orang lain akan kasih Tuhan, kebenaran-Nya, dan perlunya hidup dalam takut akan Tuhan. Itu bukan tugas mudah, tetapi itulah panggilan kita sebagai umat yang diutus.

3. Peringatan akan Hukuman bagi yang Menolak Panggilan (Yeremia 4:5-10)
Yeremia menyampaikan nubuat tentang datangnya malapetaka sebagai akibat dari ketegaran hati Israel. Ketika umat menolak panggilan Tuhan, kehancuran dan penderitaan menjadi konsekuensi yang tak terhindarkan.

Pesan ini juga relevan bagi kita. Ketika kita mengabaikan panggilan Tuhan, menolak hidup benar, dan tidak peduli dengan misi-Nya, kita sedang mempercepat kehancuran diri sendiri dan generasi sesudah kita. Tuhan memanggil kita bukan untuk hidup nyaman, tetapi untuk diutus membawa terang di tengah kegelapan dunia.


Pesan ini juga relevan bagi kita. Ketika kita mengabaikan panggilan Tuhan, menolak hidup benar, dan tidak peduli dengan misi-Nya, kita sedang mempercepat kehancuran diri sendiri dan generasi sesudah kita. Tuhan memanggil kita bukan untuk hidup nyaman, tetapi untuk diutus membawa terang di tengah kegelapan dunia.

Implikasi dalam Kehidupan Jemaat

  1. Menjadi Jemaat yang Terbuka pada Pembaruan
    Jemaat diajak untuk terus mengevaluasi diri, membuka hati bagi teguran Tuhan, dan tidak nyaman dalam dosa. Setiap pribadi perlu merespons panggilan Tuhan dengan pertobatan sejati.

  2. Membangun Kepekaan Terhadap Kebutuhan Sekitar
    Sebagai jemaat yang diutus, kita harus peka terhadap kondisi moral, sosial, dan spiritual di sekitar kita. Jangan jadi jemaat yang hanya fokus pada kenyamanan sendiri, tetapi abaikan panggilan untuk menjadi terang.

  3. Berani Menjadi Suara Kenabian
    Jemaat diajak menjadi suara kenabian di tengah masyarakat, menyuarakan keadilan, kebenaran, dan kasih Tuhan, meski itu berarti tidak populer atau menghadapi tantangan.

  4. Menghidupi Kesaksian di Semua Aspek Hidup
    Pengutusan tidak terbatas di gereja saja. Jemaat diutus di keluarga, tempat kerja, sekolah, dan lingkungan sosial untuk menyatakan karakter Kristus.


Kesimpulan

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Yeremia dipanggil di tengah zaman yang penuh kebobrokan moral dan rohani. Tuhan tidak sekadar menyelamatkan Yeremia, tetapi mengutusnya untuk menyuarakan kebenaran, meski itu penuh tantangan dan air mata. Demikian juga kita hari ini. Tuhan memanggil kita bukan hanya untuk menikmati berkat-Nya, tetapi juga untuk diutus menyatakan kasih dan kebenaran-Nya di mana pun kita berada.

Mari kita membuka hati, mendengar suara Tuhan, bertobat, dan siap diutus untuk menyatakan kasih-Nya di dunia ini. Tuhan membutuhkan orang-orang yang mau menjadi suara kenabian di tengah bangsa ini. Apakah kita siap menjawab panggilan itu?

Amin.



Sunday, February 23, 2025

PENGHORMATAN TERHADAP HAMBA TUHAN

Bahan bacaan : 1 Tawarikh 16:22



Pendahuluan

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, dalam kehidupan bergereja dan berjemaat, kita sering berinteraksi dengan para pemimpin rohani yang dipilih dan diurapi Tuhan. Firman Tuhan dalam 1 Tawarikh 16:22 berkata, “Janganlah menjamah orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat terhadap nabi-nabi-Ku.” Ayat ini menegaskan pentingnya menghormati hamba-hamba Tuhan karena mereka adalah alat Tuhan untuk menggembalakan umat-Nya. Namun, dalam realitas kehidupan, tidak jarang kita menemui sikap kurang hormat terhadap mereka. Oleh karena itu, kita akan merenungkan bagaimana seharusnya sikap kita terhadap hamba Tuhan dan dampaknya bagi kehidupan iman kita.

Pertanyaan Refleksi

  1. Mengapa kita harus menghormati hamba Tuhan?

  2. Bagaimana cara kita menunjukkan penghormatan kepada mereka?

  3. Apa akibatnya jika kita meremehkan atau menentang hamba Tuhan yang diutus-Nya?

Isi Renungan

Ayat dalam 1 Tawarikh 16:22 mengingatkan kita bahwa para hamba Tuhan dipilih dan dipanggil untuk melaksanakan kehendak-Nya. Sepanjang Alkitab, kita melihat bagaimana Allah memperlakukan nabi-nabi dan imam-imam-Nya dengan hormat dan perlindungan. Dalam Perjanjian Lama, kita melihat contoh Saul yang dihukum Tuhan karena tidak menaati perintah yang disampaikan oleh Nabi Samuel. Sebaliknya, Daud menunjukkan sikap yang berbeda—meskipun ia memiliki kesempatan untuk membunuh Saul yang telah diurapi Tuhan, ia menolak melakukannya karena menghormati jabatan yang Tuhan berikan kepada Saul (1 Samuel 24:6).

Cerita Inspiratif dari Alkitab

Salah satu kisah inspiratif mengenai penghormatan terhadap hamba Tuhan adalah kisah perempuan Sunem dalam 2 Raja-raja 4:8-37. Perempuan ini bersama suaminya dengan tulus menghormati dan mendukung Nabi Elisa dengan menyediakan tempat tinggal baginya setiap kali ia datang ke kota mereka. Karena kebaikan hati mereka, Tuhan membalas dengan memberkati mereka dengan seorang anak, meskipun awalnya mereka tidak memiliki keturunan. Ketika anak itu meninggal, Nabi Elisa, dengan kuasa Tuhan, menghidupkannya kembali. Kisah ini mengajarkan bahwa menghormati hamba Tuhan membawa berkat yang luar biasa dalam kehidupan kita.

Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengajarkan pentingnya menghormati mereka yang diutus dalam pelayanan, seperti dalam Matius 10:40, “Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.” Penghormatan kepada hamba Tuhan bukan hanya sekadar menghormati manusia, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan kepada Allah yang mengutus mereka.

Namun, kita juga perlu memahami bahwa penghormatan kepada hamba Tuhan tidak berarti kita menutup mata terhadap kesalahan. Jika ada hamba Tuhan yang melakukan penyimpangan, kita harus menegur dengan kasih dan hikmat berdasarkan Firman Tuhan, bukan dengan hujatan atau penghinaan.

Implikasi dalam Kehidupan Jemaat

  1. Sikap Hormat dan Dukungan

    • Jemaat perlu mendukung para hamba Tuhan melalui doa, penghormatan, dan ketaatan kepada pengajaran yang sesuai dengan Firman Tuhan.

    • Memberikan dukungan moral dan materiil kepada mereka yang bekerja keras dalam pelayanan.

  2. Tidak Menyebarkan Fitnah atau Menghakimi

    • Menghindari gosip atau komentar negatif yang merusak nama baik hamba Tuhan.

    • Jika ada permasalahan, menyelesaikannya dengan cara yang bijaksana dan sesuai dengan ajaran Kristus.

  3. Menjadi Jemaat yang Aktif dan Bertanggung Jawab

    • Tidak hanya menuntut hamba Tuhan untuk sempurna, tetapi juga mengambil bagian dalam pelayanan.

    • Menjadi teladan dalam menghormati dan mendukung pelayanan Tuhan di gereja dan Jemaat..

Kesimpulan

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, firman Tuhan jelas mengajarkan kita untuk menghormati hamba-hamba-Nya. Ini bukan karena mereka lebih tinggi dari jemaat, tetapi karena mereka dipanggil untuk menggembalakan dan membimbing kita dalam iman. Penghormatan kepada mereka adalah wujud ketaatan kita kepada Tuhan sendiri. Mari kita menjadi jemaat yang membangun, mendukung, dan menghormati para pemimpin rohani kita sehingga gereja semakin bertumbuh dalam kasih dan kebenaran. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Saturday, February 22, 2025

PERSEMBAHAN YANG BENAR DI HADAPAN TUHAN

 Bahan bacaan : 2 Raja-Raja 5:20-27 dan Matius 26:6-13

Gambar. Ibadah UPP Profesional ASN dan NON ASN

Pendahuluan

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, hari ini kita akan merenungkan dua bagian firman Tuhan yang memberikan pesan penting tentang memberikan persembahan yang benar kepada Tuhan yang terambil dari  kitab  2 Raja-Raja 5:20-27 dan Matius 26:6-13

Pertanyaan Reflektif

1.       Bagaimana memberikan persembahan yang benar kepada Tuhan ?

2.     Apakah gereja bisa menolak persembahan jemaat yang dianggap diperoleh dengan cara-cara yang tidak benar ?

3.       Apakah gereja boleh menerima persembahan yang tidak diperoleh dengan cara yang tidak benar lalu mendoakan dan mempergunakannya dalam pelayanan ?


Isi Renungan  

Dalam 2 Raja-raja 5:20-27, kita membaca tentang Gehazi, hamba Elisa, yang tergoda oleh harta yang ditawarkan oleh Naaman. Meskipun Elisa telah menolak pemberian itu sebagai bentuk kesaksian bahwa kesembuhan Naaman adalah anugerah dari Tuhan, Gehazi justru bertindak sebaliknya. Dengan diam-diam mengambil harta dari Naaman, ia tidak hanya mencemarkan kesaksian imannya, tetapi juga mendatangkan hukuman bagi dirinya sendiri—penyakit kusta Naaman melekat padanya.

Sebaliknya, dalam Matius 26:6-13, kita melihat seorang perempuan yang mempersembahkan minyak narwastu yang sangat mahal kepada Yesus. Para murid, terutama Yudas Iskariot, menganggap tindakan itu sebagai pemborosan. Namun, Yesus melihatnya sebagai tindakan kasih dan penghormatan yang tulus. Perempuan ini mempersembahkan yang terbaik bagi Yesus, bukan untuk mencari pujian manusia, tetapi sebagai ungkapan cintanya kepada Tuhan.

Dari kedua kisah ini, kita belajar bahwa persembahan yang benar bukanlah sekadar tindakan memberi, tetapi berasal dari hati yang tulus dan berkenan di hadapan Tuhan. Gehazi memberikan dirinya kepada keserakahan, sementara perempuan dalam Injil Matius memberikan dirinya kepada Tuhan dengan kasih.

Hari ini, kita diingatkan untuk merenungkan: Apakah persembahan kita kepada Tuhan benar-benar dari hati yang tulus? Apakah kita memberi untuk kemuliaan-Nya atau untuk kepentingan pribadi? Tuhan tidak melihat besar atau kecilnya persembahan kita, tetapi melihat motivasi dan ketulusan hati kita.

Marilah kita belajar untuk memberi dengan hati yang penuh kasih, bukan karena keinginan akan pujian atau keuntungan duniawi, tetapi sebagai bentuk penyembahan sejati kepada Tuhan

Implikasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari

1.     Memberi dengan Ketulusan dan Keikhlasan

Seperti perempuan yang mempersembahkan minyak narwastu kepada Yesus, kita diajak untuk memberi bukan karena paksaan atau ingin dipuji, tetapi karena kasih dan syukur kepada Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa diterapkan dalam cara kita berbagi dengan sesama, mendukung pelayanan gereja, atau membantu mereka yang membutuhkan.

 2.    Menjaga Kejujuran dalam Keuangan dan Harta

Kisah Gehazi mengingatkan kita untuk tidak serakah dan menghindari keinginan untuk memperkaya diri dengan cara yang tidak benar. Dalam pekerjaan, bisnis, atau pelayanan, kita dipanggil untuk hidup jujur, tidak mengambil sesuatu yang bukan hak kita, dan menggunakan berkat Tuhan dengan bijak.

 3.   Menggunakan Harta untuk Kemuliaan Tuhan

      Harta yang kita miliki adalah titipan Tuhan. Oleh karena itu, kita harus mengelolanya dengan bijak, termasuk dalam memberi persembahan dan menolong orang lain. Kita diajak untuk tidak hanya fokus pada kepentingan pribadi tetapi juga memperhatikan kebutuhan sesama dan pelayanan Tuhan.

 

Bagaimana Gereja Mengelola Persembahan

  1. Akuntabilitas dan Transparansi
    Gereja harus memastikan bahwa setiap persembahan yang diberikan oleh jemaat dikelola dengan transparan dan bertanggung jawab. Ini bisa dilakukan dengan laporan keuangan yang jelas, pengawasan oleh tim keuangan gereja, dan komunikasi terbuka kepada jemaat.
  2. Penggunaan Persembahan untuk Karya Tuhan
    Persembahan yang dikumpulkan tidak hanya digunakan untuk operasional gereja, tetapi juga untuk misi pelayanan, membantu orang miskin, mendukung pendidikan, dan pekerjaan sosial lainnya. Dengan demikian, gereja benar-benar menjadi saluran berkat bagi banyak orang.
  3. Mendidik Jemaat tentang Makna Persembahan
    Gereja memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan jemaat tentang makna persembahan yang benar, bukan sebagai kewajiban yang membebani, tetapi sebagai wujud kasih dan penyembahan kepada Tuhan. Pengajaran ini bisa disampaikan melalui khotbah, kelas pembinaan iman, atau kelompok kecil.
  4. Menghindari Penyalahgunaan Keuangan
    Kisah Gehazi adalah peringatan agar tidak ada penyalahgunaan dana dalam gereja. Oleh karena itu, sistem keuangan gereja harus dibuat dengan mekanisme pengawasan yang ketat untuk mencegah penyimpangan atau penyalahgunaan dana yang bisa mencoreng kesaksian gereja.

    Kesimpulan

    1. Persembahan yang benar adalah yang diberikan dengan hati yang tulus dan digunakan dengan bijak untuk pekerjaan Tuhan. Sebagai individu, kita dipanggil untuk memberi dengan ketulusan dan kejujuran.

    2.  Tanggung jawab Gereja juga untuk memberikan pemahaman kepada jemaat tentang pentingnya memperikan persembahan yang benar dan kudus di hadapan Allah yang diperoleh dari hasil jerih lelah yang benar juga.

    3. Sebagai gereja, tanggung jawab utama adalah mengelola persembahan dengan transparansi dan integritas, sehingga benar-benar menjadi alat untuk kemuliaan Tuhan dan berkat bagi sesama. Amin.