Saturday, February 22, 2025

PERSEMBAHAN YANG BENAR DI HADAPAN TUHAN

 Bahan bacaan : 2 Raja-Raja 5:20-27 dan Matius 26:6-13

Gambar. Ibadah UPP Profesional ASN dan NON ASN

Pendahuluan

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, hari ini kita akan merenungkan dua bagian firman Tuhan yang memberikan pesan penting tentang memberikan persembahan yang benar kepada Tuhan yang terambil dari  kitab  2 Raja-Raja 5:20-27 dan Matius 26:6-13

Pertanyaan Reflektif

1.       Bagaimana memberikan persembahan yang benar kepada Tuhan ?

2.     Apakah gereja bisa menolak persembahan jemaat yang dianggap diperoleh dengan cara-cara yang tidak benar ?

3.       Apakah gereja boleh menerima persembahan yang tidak diperoleh dengan cara yang tidak benar lalu mendoakan dan mempergunakannya dalam pelayanan ?


Isi Renungan  

Dalam 2 Raja-raja 5:20-27, kita membaca tentang Gehazi, hamba Elisa, yang tergoda oleh harta yang ditawarkan oleh Naaman. Meskipun Elisa telah menolak pemberian itu sebagai bentuk kesaksian bahwa kesembuhan Naaman adalah anugerah dari Tuhan, Gehazi justru bertindak sebaliknya. Dengan diam-diam mengambil harta dari Naaman, ia tidak hanya mencemarkan kesaksian imannya, tetapi juga mendatangkan hukuman bagi dirinya sendiri—penyakit kusta Naaman melekat padanya.

Sebaliknya, dalam Matius 26:6-13, kita melihat seorang perempuan yang mempersembahkan minyak narwastu yang sangat mahal kepada Yesus. Para murid, terutama Yudas Iskariot, menganggap tindakan itu sebagai pemborosan. Namun, Yesus melihatnya sebagai tindakan kasih dan penghormatan yang tulus. Perempuan ini mempersembahkan yang terbaik bagi Yesus, bukan untuk mencari pujian manusia, tetapi sebagai ungkapan cintanya kepada Tuhan.

Dari kedua kisah ini, kita belajar bahwa persembahan yang benar bukanlah sekadar tindakan memberi, tetapi berasal dari hati yang tulus dan berkenan di hadapan Tuhan. Gehazi memberikan dirinya kepada keserakahan, sementara perempuan dalam Injil Matius memberikan dirinya kepada Tuhan dengan kasih.

Hari ini, kita diingatkan untuk merenungkan: Apakah persembahan kita kepada Tuhan benar-benar dari hati yang tulus? Apakah kita memberi untuk kemuliaan-Nya atau untuk kepentingan pribadi? Tuhan tidak melihat besar atau kecilnya persembahan kita, tetapi melihat motivasi dan ketulusan hati kita.

Marilah kita belajar untuk memberi dengan hati yang penuh kasih, bukan karena keinginan akan pujian atau keuntungan duniawi, tetapi sebagai bentuk penyembahan sejati kepada Tuhan

Implikasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari

1.     Memberi dengan Ketulusan dan Keikhlasan

Seperti perempuan yang mempersembahkan minyak narwastu kepada Yesus, kita diajak untuk memberi bukan karena paksaan atau ingin dipuji, tetapi karena kasih dan syukur kepada Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa diterapkan dalam cara kita berbagi dengan sesama, mendukung pelayanan gereja, atau membantu mereka yang membutuhkan.

 2.    Menjaga Kejujuran dalam Keuangan dan Harta

Kisah Gehazi mengingatkan kita untuk tidak serakah dan menghindari keinginan untuk memperkaya diri dengan cara yang tidak benar. Dalam pekerjaan, bisnis, atau pelayanan, kita dipanggil untuk hidup jujur, tidak mengambil sesuatu yang bukan hak kita, dan menggunakan berkat Tuhan dengan bijak.

 3.   Menggunakan Harta untuk Kemuliaan Tuhan

      Harta yang kita miliki adalah titipan Tuhan. Oleh karena itu, kita harus mengelolanya dengan bijak, termasuk dalam memberi persembahan dan menolong orang lain. Kita diajak untuk tidak hanya fokus pada kepentingan pribadi tetapi juga memperhatikan kebutuhan sesama dan pelayanan Tuhan.

 

Bagaimana Gereja Mengelola Persembahan

  1. Akuntabilitas dan Transparansi
    Gereja harus memastikan bahwa setiap persembahan yang diberikan oleh jemaat dikelola dengan transparan dan bertanggung jawab. Ini bisa dilakukan dengan laporan keuangan yang jelas, pengawasan oleh tim keuangan gereja, dan komunikasi terbuka kepada jemaat.
  2. Penggunaan Persembahan untuk Karya Tuhan
    Persembahan yang dikumpulkan tidak hanya digunakan untuk operasional gereja, tetapi juga untuk misi pelayanan, membantu orang miskin, mendukung pendidikan, dan pekerjaan sosial lainnya. Dengan demikian, gereja benar-benar menjadi saluran berkat bagi banyak orang.
  3. Mendidik Jemaat tentang Makna Persembahan
    Gereja memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan jemaat tentang makna persembahan yang benar, bukan sebagai kewajiban yang membebani, tetapi sebagai wujud kasih dan penyembahan kepada Tuhan. Pengajaran ini bisa disampaikan melalui khotbah, kelas pembinaan iman, atau kelompok kecil.
  4. Menghindari Penyalahgunaan Keuangan
    Kisah Gehazi adalah peringatan agar tidak ada penyalahgunaan dana dalam gereja. Oleh karena itu, sistem keuangan gereja harus dibuat dengan mekanisme pengawasan yang ketat untuk mencegah penyimpangan atau penyalahgunaan dana yang bisa mencoreng kesaksian gereja.

    Kesimpulan

    1. Persembahan yang benar adalah yang diberikan dengan hati yang tulus dan digunakan dengan bijak untuk pekerjaan Tuhan. Sebagai individu, kita dipanggil untuk memberi dengan ketulusan dan kejujuran.

    2.  Tanggung jawab Gereja juga untuk memberikan pemahaman kepada jemaat tentang pentingnya memperikan persembahan yang benar dan kudus di hadapan Allah yang diperoleh dari hasil jerih lelah yang benar juga.

    3. Sebagai gereja, tanggung jawab utama adalah mengelola persembahan dengan transparansi dan integritas, sehingga benar-benar menjadi alat untuk kemuliaan Tuhan dan berkat bagi sesama. Amin.


    No comments:

    Post a Comment