Bahan Bacaan : Filipi 2:6-8.
Pendahuluan
Saudara-saudari dalam Kristus, kita hidup di dunia yang sering kali menjunjung tinggi gengsi, status, dan kekuasaan. Banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan, ingin dihormati, dan merasa lebih tinggi dari orang lain. Bahkan, tidak jarang di dalam keluarga, lingkungan kerja, atau komunitas gereja, ada sikap persaingan untuk mendapatkan posisi yang lebih terhormat.
Namun, apa yang terjadi jika setiap orang hanya fokus pada kepentingannya sendiri? Hubungan menjadi rusak, kebanggaan menjadi penghalang bagi kebersamaan, dan ego manusia semakin menjauhkan kita dari kasih yang sejati.
Di tengah realitas ini, kita diingatkan pada teladan terbesar dalam sejarah: Yesus Kristus. Dalam Filipi 2:6-8, Rasul Paulus menggambarkan bagaimana Kristus, yang adalah Allah, tidak mempertahankan keilahian-Nya untuk keuntungan pribadi, tetapi justru merendahkan diri-Nya hingga menjadi manusia dan mati di kayu salib. Sikap Yesus ini adalah manifestasi kerendahan hati yang sejati.
Hari ini, kita akan merenungkan apa makna kerendahan hati menurut Alkitab, mengapa kita harus hidup dalam kerendahan hati, dan bagaimana wujud kerendahan hati Yesus Kristus yang dapat kita teladani dalam kehidupan kita sehari-hari.
Isi Renungan
1. Perspektif rendah hati dan meninggikan orang yang rendah hati menurut kajian filsafat
Dalam perspektif etika, kerendahan hati merupakan sebuah kebajikan moral, yaitu keseimbangan antara dua ekstrem. Kerendahan hati (humility) dapat dipahami sebagai keseimbangan antara kesombongan (pride) dan rasa rendah diri yang berlebihan (self-abasement).
Dalam konteks ini, meninggikan orang yang rendah hati berarti menghargai kebajikan yang mereka miliki. Masyarakat yang adil seharusnya menghargai karakter yang tidak egois dan lebih berorientasi pada kepentingan bersama.
Dalam perspektif metafisika kerendahan Hati sebagai Pengakuan akan Keterbatasan. Socrates dalam metode dialektiknya menekankan pentingnya sikap rendah hati intelektual dengan ungkapan terkenalnya: “Yang saya tahu adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa.” Kesadaran akan keterbatasan ini justru membuat seseorang lebih bijaksana dan terbuka terhadap kebenaran. Meninggikan orang yang rendah hati dalam perspektif ini berarti mengakui bahwa mereka memiliki kebijaksanaan yang datang dari kesadaran akan keterbatasan diri, bukan dari keangkuhan akan pengetahuan yang tidak sempurna.
Di dalam perspektif epistimologi kerendahan hati sebagai sikap kritis terhadap pengetahuan. Kerendahan hati berhubungan dengan sikap terbuka terhadap pengetahuan baru dan kesediaan untuk merevisi pemahaman yang salah. John Stuart Mill dalam On Liberty menekankan bahwa kebebasan berpikir hanya bisa berkembang dalam masyarakat yang terbuka terhadap kritik dan keraguan. Orang yang rendah hati dalam pencarian pengetahuan lebih mungkin mendekati kebenaran karena mereka tidak terjebak dalam dogmatisme.
Dalam konteks ini, meninggikan orang yang rendah hati berarti menghargai mereka yang memiliki sikap ilmiah dan terbuka terhadap pembelajaran, bukan mereka yang bersikeras pada kepercayaan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian, dalam filsafat, meninggikan orang yang rendah hati bukan hanya sekadar tindakan baik, tetapi juga tindakan yang rasional dan adil dalam tatanan sosial dan intelektual manusia.
2. Makna Kerendahan Hati dalam Alkitab
Kerendahan hati bukanlah kelemahan, tetapi suatu sikap hati yang bersandar sepenuhnya kepada Tuhan, mengutamakan kehendak-Nya, dan rela melayani sesama dengan kasih. Dalam Filipi 2:3, Paulus menasihati, “dengan rendah hati anggaplah yang lain lebih utama dari pada dirimu sendiri.”
Alkitab mengajarkan bahwa orang yang rendah hati memiliki ciri-ciri berikut:
- Tidak sombong dan tidak mencari kehormatan bagi diri sendiri (Amsal 22:4).
- Mengandalkan Tuhan dalam segala hal (Yakobus 4:10).
- Bersikap tulus dalam melayani tanpa mencari pujian (Lukas 14:11).
- Mau belajar dan tidak merasa paling benar (Mazmur 25:9).
- Mampu mengampuni dan tidak menyimpan dendam (Kolose 3:12-13).
Orang yang rendah hati menyadari bahwa semua yang mereka miliki berasal dari Tuhan dan mereka hidup bukan untuk meninggikan diri, tetapi untuk memuliakan Tuhan.
3. Mengapa Kita Harus Hidup dengan Rendah Hati?
Kerendahan hati adalah karakter yang dikehendaki Tuhan dalam hidup umat-Nya. Ada beberapa alasan mengapa kita harus hidup dalam kerendahan hati:
-
Tuhan Berkenan kepada Orang yang Rendah Hati
- Mikha 6:8 berkata, “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
- Tuhan tidak mencari orang yang kuat, kaya, atau berkuasa, tetapi mereka yang memiliki hati yang rendah di hadapan-Nya.
-
Kerendahan Hati Membawa Berkat dan Pengangkatan dari Tuhan
- Dalam 1 Petrus 5:6 dikatakan, “Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.”
- Ketika kita rendah hati, Tuhanlah yang akan meninggikan kita sesuai dengan waktu dan rencana-Nya.
-
Menghindari Kesombongan yang Membawa Kejatuhan
- Amsal 16:18: “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”
- Kesombongan adalah awal dari kejatuhan, tetapi kerendahan hati adalah jalan menuju kebijaksanaan dan kasih karunia Tuhan.
-
Meneladani Yesus yang Adalah Sumber Kehidupan
- Sebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya. Jika Yesus yang adalah Tuhan merendahkan diri-Nya, kita sebagai manusia seharusnya lebih lagi hidup dalam kerendahan hati.
4. Wujud Kerendahan Hati Yesus Kristus dalam Filipi 2:6-8
Filipi 2:6-8 menggambarkan bagaimana Yesus menunjukkan kerendahan hati dalam tiga bentuk utama:
-
Yesus Mengosongkan Diri-Nya (ayat 6-7)
- Yesus, meskipun dalam rupa Allah, tidak mempertahankan hak-Nya sebagai Allah, tetapi rela menjadi manusia biasa.
- Dia tidak menuntut untuk dihormati sebagai Raja, tetapi justru datang dalam kesederhanaan.
-
Yesus Mengambil Rupa Seorang Hamba (ayat 7)
- Yesus tidak hanya menjadi manusia, tetapi memilih posisi sebagai seorang hamba.
- Markus 10:45 berkata, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
- Dia melayani orang sakit, orang berdosa, dan bahkan membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai tanda kasih dan kerendahan hati.
-
Yesus Taat Sampai Mati di Kayu Salib (ayat 8)
- Puncak dari kerendahan hati Kristus adalah ketaatan-Nya kepada Allah Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib.
- Salib adalah simbol dari kasih dan kerendahan hati yang tak terbatas.
- Yesus menunjukkan bahwa kerendahan hati sejati adalah ketika kita bersedia mengorbankan diri untuk kebaikan orang lain.
Cerita Inspirasi dalam Alkitab
Salah satu contoh nyata kerendahan hati dalam Alkitab adalah tindakan Yesus saat membasuh kaki murid-murid-Nya dalam Yohanes 13:3-5. Meskipun Dia adalah Tuhan dan Guru, Dia rela melakukan tugas seorang hamba dengan mencuci kaki para murid-Nya. Ini adalah simbol dari pelayanan dan kerendahan hati yang sejati.
Implikasi dalam Kehidupan Jemaat
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk meneladani sikap rendah hati Yesus dalam kehidupan kita:
- Dalam keluarga: Suami dan istri harus saling melayani dan tidak merasa lebih tinggi dari yang lain.
- Dalam pekerjaan: Jangan mencari pujian atau berusaha menjatuhkan orang lain demi kepentingan pribadi.
- Dalam gereja dan pelayanan: Melayani bukan untuk mencari penghormatan, tetapi untuk kemuliaan Tuhan.
Pertanyaan Refleksi
- Dalam aspek apa saya masih sulit untuk merendahkan diri?
- Bagaimana saya dapat meneladani kerendahan hati Yesus dalam kehidupan sehari-hari?
- Apakah saya sudah melayani dengan hati yang tulus, atau masih mengharapkan pujian dan penghormatan?
Kesimpulan
Yesus Kristus telah memberikan teladan kerendahan hati yang luar biasa. Ia yang adalah Tuhan, rela merendahkan diri-Nya, menjadi hamba, dan taat sampai mati di kayu salib. Sebagai pengikut-Nya, kita dipanggil untuk hidup dalam kerendahan hati, bukan mencari kemuliaan dunia, tetapi melakukan kehendak Tuhan dengan hati yang tulus. Kiranya kita semua semakin bertumbuh dalam kerendahan hati dan semakin menyerupai Kristus. Amin.
No comments:
Post a Comment