1. Pendahuluan:
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Peristiwa kematian ibu dan anak ini akhirnya menjadi polemik di masyaakat, semua pihak bereaksi keras dan kecaman. Namun dibalik peristiwa ini akhirnya pihak yang berwenang akhirnya mencari solusi untuk mendatagkan dokter mengatasi masalah ini sehingga penderiataan yang dialami masyarakat paling tidak bisa diatasi.
Apa yang mereka alami adalah bentuk nyata dari penderitaan dan kematian yang menghancurkan harapan dan menggores hati begitu dalam. Namun hari ini kita akan melihat penderitaan dan kematian Yesus, yang berbeda. Kematian-Nya tidak menghancurkan harapan, tapi justru memulihkan dan mengubahkan hidup manusia. Mari kita renungkan bersama.
2. Isi Khotbah
a. Apa itu Penderitaan?
Penderitaan adalah segala bentuk rasa sakit, kehilangan, tekanan batin, luka fisik atau emosional yang dialami oleh manusia.
Contohnya:
-
Anak yang kehilangan orang tua dalam kecelakaan.
-
Seseorang yang menderita penyakit kronis.
-
Seorang remaja yang dijauhi karena kondisi mentalnya.
Penderitaan bisa merusak, tapi dalam tangan Tuhan, penderitaan bisa dipakai untuk membentuk dan memulihkan.
b. Apa itu Kematian?
Kematian adalah akhir dari kehidupan jasmani. Tapi kematian juga bisa berarti perpisahan, kehancuran harapan, atau pemisahan dari kasih dan relasi.
Contohnya:
-
Kematian karena penyakit.
-
Kematian di medan perang.
-
Kematian yang tak terduga akibat kecelakaan.
Namun, kematian Yesus bukan akhir cerita, tapi awal dari pemulihan besar bagi dunia.
c. Penderitaan dan Kematian Yesus Kristus (Markus 15:20b–41)
Perikop ini menggambarkan momen paling kelam dalam hidup Yesus:
-
Ia dipermalukan, dipukul, dipaku di kayu salib.
-
Ia disalibkan di antara para penjahat.
-
Dihina oleh para imam, orang yang lewat, bahkan oleh para penyamun.
-
Ia berteriak, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
-
Dan akhirnya, Ia menyerahkan nyawa-Nya.
Namun, melalui penderitaan ini, terjadi pemulihan spiritual terbesar sepanjang sejarah—dosa manusia ditebus, hubungan dengan Allah dipulihkan.
d. Uraian Teologis dari Markus 15:20b–41
-
Yesus tidak hanya menderita secara fisik, tetapi juga secara rohani—ditinggalkan oleh Bapa demi menanggung dosa manusia.
-
Kematian-Nya mengoyakkan tabir Bait Suci (ayat 38)—simbol bahwa pemisahan antara manusia dan Allah telah dihancurkan. Kita semua sekarang bisa masuk ke hadirat Allah tanpa perantara imam besar.
-
Kematian-Nya menjadi jalan keselamatan yang terbuka bagi semua orang—termasuk mereka yang dianggap tidak layak.
e. Tokoh-tokoh dalam Markus 15:20b–41
-
Para prajurit Romawi
Mereka awalnya menghina, namun kepala pasukan akhirnya berkata, “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.”
➤ Ada benih pemulihan dalam pengakuan itu. -
Simon dari Kirene
Dipaksa memikul salib Yesus.
➤ Bisa jadi momen ini mengubah hidupnya dan keluarganya (lihat Kisah Para Rasul & tradisi gereja awal). -
Orang-orang yang lewat
Mereka menghina dan meremehkan.
➤ Mereka belum mengalami pemulihan, karena masih tertutup oleh kesombongan dan ketidaktahuan. -
Imam-imam kepala dan ahli Taurat
Mereka mengejek, “Biarlah Allah menyelamatkan Dia.”
➤ Mereka tidak mengalami pemulihan karena hati mereka keras dan menolak kebenaran. -
Para penyamun
Dalam Injil lain (Lukas 23), salah satu penyamun akhirnya bertobat dan Yesus berkata, “Hari ini juga engkau akan bersama Aku di Firdaus.”
➤ Ini adalah contoh pemulihan penuh melalui pengakuan dan pertobatan. -
Para perempuan yang mengikut Yesus
Mereka tetap setia, menyaksikan penderitaan dan kematian-Nya dari jauh.
➤ Kasih dan kesetiaan mereka menjadi bukti hati yang siap dipulihkan dan melayani.
3. Implikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
-
Penderitaan hidup bukanlah akhir cerita. Dalam Kristus, penderitaan bisa dipakai untuk menyucikan, membentuk, dan memulihkan kita.
-
Kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Karena Kristus telah mengalahkan maut, kita punya harapan hidup kekal.
-
Pemulihan bisa terjadi untuk siapa saja, bahkan bagi mereka yang pernah berdosa atau menghina Tuhan.
-
Kita diajak untuk terbuka terhadap karya salib, agar kita juga mengalami pemulihan seperti kepala pasukan, penyamun, dan para perempuan itu.
4. Pertanyaan Refleksi
-
Apa bentuk penderitaan yang sedang saya alami saat ini?
-
Apakah saya percaya bahwa Yesus sanggup memakai penderitaan itu untuk memulihkan saya?
-
Seperti siapa saya dalam perikop ini—prajurit yang akhirnya mengaku, atau imam yang tetap keras hati?
-
Apakah saya sudah sungguh percaya kepada karya salib Yesus dan menyerahkan hidup saya kepada-Nya?
5. Penutup
Saudara-saudari,
Amin.
No comments:
Post a Comment