Wednesday, May 21, 2025

KASIH ALLAH MEMULIHKAN DAN MENGUTUS

Bacaan : Yohanes 21:15-19

Pendahuluan

Shalom saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus.
Hari ini kita akan merenungkan sebuah kisah luar biasa yang terjadi setelah Yesus bangkit. Ini bukan kisah tentang mujizat yang spektakuler, bukan juga tentang orang yang berhasil dengan gemilang dalam tugas dan pelayanan, tetapi tentang seorang murid yang Yesus yang gagal—namun dipulihkan dan dipakai kembali oleh Tuhan dalam misi keselamatan.
Namanya adalah rasul Petrus. Kita tahu, bahwa ia pernah dengan lantang berkata: “Sekalipun semua orang meninggalkan Engkau, aku tidak!” (Markus 14:29). Tapi ketika Yesus ditangkap, justru Petrus menyangkal Dia tiga kali.
Menurut pandangan dan budaya yang berlaku di Dunia, seseorang seperti Petrus harusnya dikeluarkan dari pelayanan. Budaya dan Tradisi dalam Dunia selalu memakai orang-orang yang berhasil, yang tidak pernah gagal, yang punya prestasi. Tetapi Yesus memanggil kembali orang yang justru pernah gagal dalam tugas dan pelayanan.
Itulah kontradiksi kasih Yesus—kasih yang tidak memakai standar dunia.

ISI KHOTBAH

a. Kasih Sejati Dimurnikan Lewat Pengalaman

Yesus bertanya kepada Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka ini?”
Perhatikan: Yesus tidak memanggilnya "Petrus"-batu karang-tetapi kembali memakai nama lamanya: Simon. Ini menunjukkan bahwa Yesus mau membawa Petrus kembali ke titik awal ketika ia dipanggil, sebelum semua keberhasilannya, bahkan sebelum kegagalannya.
Pertanyaan Yesus ini bukan karena Yesus tidak mengetahui  jawabannya, melainkan untuk memperbaharui dan memulihkan hati Petrus. Inilah fakta bahwa tiga kali Petrus menyangkal, maka tiga kali pula Yesus bertanya.
Petrus yang dulu percaya diri dan berani, kini menjawab pertanyaan Yesus dengan rendah hati: “Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.”  Ia tak lagi menyombongkan diri seperti dulu. Kasihnya kini telah dimurnikan oleh pengalaman kegagalannya sendiri.
Saudara yang terkasih, kasih sejati tidak muncul dari keberhasilan, tetapi justru dimurnikan melalui pengalaman jatuh, bangkit, dan belajar bergantung kepada Tuhan.

b. Kasih Kepada Kristus Terbukti Dalam Pelayanan

Yesus bertanya lagi: “Apakah engkau mengasihi Aku?”. Dan setiap kali Petrus menjawab, Yesus tidak berkata, “Bagus, itu sudah cukup.” atau tepat sekali jawabanmu. Melainkan: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Artinya, kasih kepada Kristus bukan hanya tentang perasaan, tetapi bagaimana tindakan nyata, melayani, menggembalakan, dan merawat orang-orang yang Tuhan percayakan.
Yesus tidak berkata: “Kalau kamu mencintaiku, buktikan dengan prestasi besar dan luar biasa.” Tapi justru: “Buktikan dengan kesetiaan dalam menggembalakan.” Kasih harus dibuktikan dengan melayani, kepedulian, mengembalakan sesama, dan terutama setia dalam panggilan yang kecil maupun besar.

c. Kasih yang Sejati Siap Berkorban

Yesus lalu berkata kepada Petrus bahwa suatu hari ia akan dibawa ke tempat yang tidak ia kehendaki, sebuah nubuat tentang kematian Petrus sebagai martir.
Dan Yesus menutup percakapan ini dengan kalimat yang familiar: “Ikutlah Aku.” Kalimat ini sama seperti ketika Petrus pertama kali dipanggil. Bedanya, sekarang Petrus tahu artinya. Mengikut Yesus yang berarti setia sampai akhir, bahkan sampai kematian.

d. Dunia Membuang, Kristus Memulihkan

Saudara-saudari, mari kita bandingkan standar dunia dan standar Kristus:
Dalam tradisi Dunia selalu menghargai orang-orang yang sukses dan berhasil, sedangkan yesus memakai orang-orang yang gagal dan mau bertobat. Dunia selalu fokus pada prestasi, itu tidak salah karena memang seharusnya seperti itu, namu yesus lebih fokus pada nilai-nilai fundamental yaitu kasih dan kesetiaan yang telah Ia buktikan di kayu salib.

Sekiranya dalam proses, terjadi kegagalan, maka dunia akan mencoret sebagai rekam jejak yang kurang baik, tetapi Yesus mengulurkan tangan untuk memulihkan orang yang gagal dan terperosok dalam kejatuhan. Petrus yang pernah gagal, tetapi Yesus tidak mencoret namanya, justru kegagalan itulah  yang membentuknya menjadi pribadi yang rendah hati, setia, dan siap menggembalakan umatnya. Ini bukan hanya pertanyaan Yesus pada Simon Petrus, tetapi juga pertanyaan bagi kita semua.

Pertanyaan refleksi 

  1. Apakah saya sungguh-sungguh mengasihi Yesus?. Jika Yesus bertanya kepada saya seperti kepada Petrus, apa jawaban saya?
  2. Bagaimana kasih saya kepada Tuhan tercermin dalam tindakan saya sehari-hari? Apakah saya melayani, menggembalakan, atau memperhatikan sesama sebagai bentuk kasih saya kepada-Nya?
  3. Apakah saya pernah merasa gagal dalam iman atau pelayanan?  Jika ya, apakah saya percaya bahwa Tuhan bisa memulihkan dan memakai saya kembali seperti Petrus?
  4. Apa bentuk pelayanan atau panggilan yang Tuhan sedang taruh dalam hati saya saat ini? Apakah saya siap menjawab panggilan itu dengan kesetiaan, meski harus berkorban?
  5. Apa arti "mengikut Kristus" bagi saya hari ini?  Apakah saya siap untuk taat meskipun jalannya tidak mudah?

Penutup 

Jika hari ini Anda merasa seperti Petrus, pernah gagal, pernah menyangkal, pernah jatuh, ingatlah : Yesus tidak selesai dengan Anda. Kasih-Nya memulihkan dan kasih-Nya mengutus Anda kembali untuk melayani. Maukah Anda menjawab panggilan itu? “Ya Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Maka bersiaplah, karena Dia akan berkata: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Amin.





No comments:

Post a Comment