Bacaan : Yohanes 21:15-19
PendahuluanShalom saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus.
Hari ini kita akan merenungkan sebuah kisah luar biasa yang terjadi setelah Yesus bangkit. Ini bukan kisah tentang mujizat yang spektakuler, bukan juga tentang orang yang berhasil dengan gemilang dalam tugas dan pelayanan, tetapi tentang seorang murid yang Yesus yang gagal—namun dipulihkan dan dipakai kembali oleh Tuhan dalam misi keselamatan.
Namanya adalah rasul Petrus. Kita tahu, bahwa ia pernah dengan lantang berkata: “Sekalipun semua orang meninggalkan Engkau, aku tidak!” (Markus 14:29). Tapi ketika Yesus ditangkap, justru Petrus menyangkal Dia tiga kali.
Menurut pandangan dan budaya yang berlaku di Dunia, seseorang seperti Petrus harusnya dikeluarkan dari pelayanan. Budaya dan Tradisi dalam Dunia selalu memakai orang-orang yang berhasil, yang tidak pernah gagal, yang punya prestasi. Tetapi Yesus memanggil kembali orang yang justru pernah gagal dalam tugas dan pelayanan.
Itulah kontradiksi kasih Yesus—kasih yang tidak memakai standar dunia.
ISI KHOTBAH
a. Kasih Sejati Dimurnikan Lewat Pengalaman
Perhatikan: Yesus tidak memanggilnya "Petrus"-batu karang-tetapi kembali memakai nama lamanya: Simon. Ini menunjukkan bahwa Yesus mau membawa Petrus kembali ke titik awal ketika ia dipanggil, sebelum semua keberhasilannya, bahkan sebelum kegagalannya.
Pertanyaan Yesus ini bukan karena Yesus tidak mengetahui jawabannya, melainkan untuk memperbaharui dan memulihkan hati Petrus. Inilah fakta bahwa tiga kali Petrus menyangkal, maka tiga kali pula Yesus bertanya.
Petrus yang dulu percaya diri dan berani, kini menjawab pertanyaan Yesus dengan rendah hati: “Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Ia tak lagi menyombongkan diri seperti dulu. Kasihnya kini telah dimurnikan oleh pengalaman kegagalannya sendiri.
Saudara yang terkasih, kasih sejati tidak muncul dari keberhasilan, tetapi justru dimurnikan melalui pengalaman jatuh, bangkit, dan belajar bergantung kepada Tuhan.
b. Kasih Kepada Kristus Terbukti Dalam Pelayanan
Yesus tidak berkata: “Kalau kamu mencintaiku, buktikan dengan prestasi besar dan luar biasa.” Tapi justru: “Buktikan dengan kesetiaan dalam menggembalakan.” Kasih harus dibuktikan dengan melayani, kepedulian, mengembalakan sesama, dan terutama setia dalam panggilan yang kecil maupun besar.
c. Kasih yang Sejati Siap Berkorban
d. Dunia Membuang, Kristus Memulihkan
Dalam tradisi Dunia selalu menghargai orang-orang yang sukses dan berhasil, sedangkan yesus memakai orang-orang yang gagal dan mau bertobat. Dunia selalu fokus pada prestasi, itu tidak salah karena memang seharusnya seperti itu, namu yesus lebih fokus pada nilai-nilai fundamental yaitu kasih dan kesetiaan yang telah Ia buktikan di kayu salib.
Sekiranya dalam proses, terjadi kegagalan, maka dunia akan mencoret sebagai rekam jejak yang kurang baik, tetapi Yesus mengulurkan tangan untuk memulihkan orang yang gagal dan terperosok dalam kejatuhan. Petrus yang pernah gagal, tetapi Yesus tidak mencoret namanya, justru kegagalan itulah yang membentuknya menjadi pribadi yang rendah hati, setia, dan siap menggembalakan umatnya. Ini bukan hanya pertanyaan Yesus pada Simon Petrus, tetapi juga pertanyaan bagi kita semua.
Pertanyaan refleksi
- Apakah saya sungguh-sungguh mengasihi Yesus?. Jika Yesus bertanya kepada saya seperti kepada Petrus, apa jawaban saya?
- Bagaimana kasih saya kepada Tuhan tercermin dalam tindakan saya sehari-hari? Apakah saya melayani, menggembalakan, atau memperhatikan sesama sebagai bentuk kasih saya kepada-Nya?
- Apakah saya pernah merasa gagal dalam iman atau pelayanan? Jika ya, apakah saya percaya bahwa Tuhan bisa memulihkan dan memakai saya kembali seperti Petrus?
- Apa bentuk pelayanan atau panggilan yang Tuhan sedang taruh dalam hati saya saat ini? Apakah saya siap menjawab panggilan itu dengan kesetiaan, meski harus berkorban?
- Apa arti "mengikut Kristus" bagi saya hari ini? Apakah saya siap untuk taat meskipun jalannya tidak mudah?
No comments:
Post a Comment