Pendahuluan
Di banyak gereja Protestan, istilah penatua sudah tidak asing lagi. Kita sering mendengar tentang “Majelis Penatua,” “Rapat Penatua,” atau “Doa Penatua.” Namun, apakah kita sungguh memahami apa yang dimaksud dengan penatua secara Alkitabiah?
Sering kali jabatan ini dipahami sekadar sebagai “pengurus gereja” atau “wakil jemaat.” Padahal, menurut Alkitab, penatua bukan hanya jabatan organisasi, melainkan panggilan rohani untuk menggembalakan dan mengawasi umat Allah.
Mari kita melihat lebih dalam apa yang dikatakan firman Tuhan tentang penatua, bagaimana peran dan tanggung jawabnya, serta siapa yang layak atau tidak layak menduduki jabatan mulia ini.
1. Dasar Alkitabiah Tentang Penatua
Kata penatua berasal dari bahasa Yunani presbuteros, yang berarti “orang yang lebih tua” — bukan sekadar dari segi umur, melainkan dalam arti kedewasaan rohani. Dalam Perjanjian Baru, istilah ini digunakan bersamaan dengan kata episkopos (penilik, pengawas) dan poimÄ“n (gembala). Ketiga istilah ini menunjuk pada jabatan dan fungsi yang sama dalam gereja mula-mula: seorang pemimpin rohani yang menggembalakan jemaat.
Dalam Kisah Para Rasul 14:23, Paulus dan Barnabas “menetapkan penatua-penatua bagi tiap-tiap jemaat,” menandakan bahwa sejak awal gereja berdiri, jabatan ini sudah menjadi bagian penting dalam kepemimpinan gereja lokal.
Di Kisah 20:28, Paulus menasihati para penatua di Efesus:
“Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah-Nya sendiri.”
Ayat ini menegaskan bahwa penatua adalah gembala jemaat Allah, diangkat oleh Roh Kudus, bukan sekadar hasil pemilihan administratif manusia.
2. Peran dan Tanggung Jawab Penatua
Tanggung jawab utama seorang penatua adalah menggembalakan kawanan domba Allah (1 Petrus 5:2). Dari ayat ini dan bagian-bagian lain, kita dapat melihat beberapa fungsi utama penatua:
a. Mengawasi dan Menjaga Jemaat
Penatua memiliki tanggung jawab untuk menjaga kehidupan rohani jemaat — memastikan bahwa ajaran yang disampaikan adalah benar, ibadah berjalan dengan tertib, dan jemaat hidup dalam kekudusan. Ia menjadi “penjaga kawanan domba,” memastikan tidak ada ajaran palsu atau perilaku yang menyesatkan umat.
b. Mengajar Firman Tuhan
Dalam Titus 1:9 dikatakan bahwa penatua harus “berpegang pada perkataan yang benar yang sesuai dengan ajaran yang sehat.” Artinya, penatua bukan hanya mengurus hal-hal administratif, tetapi juga harus mampu mengajar dan memberikan bimbingan rohani. Ia harus mengenal kebenaran firman Tuhan dan sanggup menegur ajaran yang salah.
c. Menjadi Teladan Hidup
Rasul Petrus menasihati:
“Jangan kamu berkuasa atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” (1 Petrus 5:3)
Seorang penatua bukan pemimpin yang memerintah dengan keras, tetapi pelayan yang memberi teladan dalam tutur kata, perilaku, kasih, kesetiaan, dan kerendahan hati. Kehidupan pribadinya menjadi cermin bagi jemaat.
d. Memberi Pelayanan Pastoral
Yakobus 5:14 menuliskan:
“Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.”
Ini menunjukkan bahwa penatua juga berperan dalam pelayanan doa, penghiburan, dan kunjungan pastoral. Ia terlibat langsung dalam kehidupan rohani jemaat — terutama di saat-saat krisis, sakit, atau pergumulan iman.
3. Kualifikasi Penatua Menurut Alkitab
Menjadi penatua bukan sekadar soal niat baik, pengalaman, atau status sosial. Alkitab menetapkan kualifikasi yang sangat jelas, terutama di 1 Timotius 3:1-7 dan Titus 1:5-9.
a. Kualifikasi Pribadi
- Tak bercacat (1 Tim. 3:2) — artinya hidupnya tidak memberi alasan untuk dicela.
- Bijaksana, sopan, dapat menahan diri.
- Tidak pemarah, bukan pemabuk, bukan hamba uang.
- Ramah dan mampu mengajar.
- Hidup kudus, memiliki integritas moral dan spiritual yang tinggi.
b. Kualifikasi Keluarga
- “Suami dari satu isteri” (1 Tim. 3:2; Tit. 1:6) — setia dalam pernikahan.
- Memimpin rumah tangganya dengan baik; anak-anaknya tunduk dan beriman.
- Prinsipnya: jika seseorang tidak mampu mengatur rumah tangganya sendiri, bagaimana ia bisa mengatur jemaat Allah?
c. Kualifikasi Rohani dan Sosial
- Tidak baru bertobat, supaya tidak tinggi hati (1 Tim. 3:6).
- Memiliki nama baik di luar gereja (1 Tim. 3:7).
- Setia memegang ajaran yang benar dan mampu membela kebenaran (Tit. 1:9).
Kualifikasi ini menegaskan bahwa karakter lebih penting daripada kemampuan. Gereja membutuhkan penatua yang berhati gembala, bukan sekadar pemimpin yang pandai berbicara.
4. Hal-hal yang Mendiskualifikasi Penatua
Sebagaimana ada kualifikasi, ada pula hal-hal yang mendiskualifikasi seseorang dari jabatan ini. Beberapa di antaranya:
- Hidup dalam dosa terbuka (perzinahan, pemabukan, ketamakan, kekerasan, dll.).
- Tidak mampu memimpin keluarga dengan baik.
- Menjadi penyebar ajaran palsu atau menolak kebenaran Firman Tuhan.
- Memiliki reputasi buruk di luar gereja.
- Bersikap otoriter, suka berkuasa, atau tidak rendah hati.
Jika penatua jatuh dalam dosa berat dan tidak bertobat, gereja harus menindak dengan kasih namun tegas, karena jabatan ini menyangkut kesaksian tubuh Kristus di dunia.
5. Penatua Sebagai Panggilan, Bukan Kedudukan
Rasul Paulus berkata:
“Benarlah perkataan ini: ‘Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.’” (1 Tim. 3:1)
Artinya, menjadi penatua adalah panggilan pelayanan yang mulia, bukan sekadar kehormatan sosial. Penatua dipanggil untuk bekerja — bukan hanya duduk di kursi rapat. Ia memikul tanggung jawab rohani yang besar di hadapan Tuhan, karena harus memberi pertanggungjawaban atas jiwa-jiwa jemaat yang dipimpinnya (Ibr. 13:17).
Karena itu, setiap penatua harus menjalankan tugasnya dengan kerendahan hati, kasih, dan kesetiaan. Ia harus terus memperbarui diri dalam doa, firman, dan persekutuan, agar dapat memimpin jemaat menuju kedewasaan iman di dalam Kristus.
Penutup
Jabatan penatua bukan sekadar struktur organisasi gereja — itu adalah panggilan kudus dari Tuhan. Di tangan para penatua yang setia, gereja akan bertumbuh sehat, ajaran terpelihara, dan jemaat hidup dalam damai sejahtera.
Kiranya setiap jemaat menghormati dan mendukung para penatua, mendoakan mereka agar tetap setia melayani Tuhan. Dan bagi mereka yang merasa dipanggil menjadi penatua, biarlah firman Tuhan menjadi cermin: bahwa menjadi penatua berarti menjadi hamba Kristus yang siap menggembalakan umat-Nya dengan hati seorang gembala.
Daftar Bacaan / Referensi Alkitabiah
- Kisah Para Rasul 14:23; 20:28
- 1 Timotius 3:1-7
- Titus 1:5-9
- 1 Petrus 5:1-4
- Yakobus 5:14
- Ibrani 13:17

No comments:
Post a Comment